Selasa, 16 September 2008

Kegagalan Manajemen Adam Air

Kegagalan Manajemen Adam Air
dalam Menjaga Nama Baik dan Keutuhan
Maskapai Mereka

Adam Air yang memiliki nama resmi PT. Adam Sky Connection Airlines adalah sebuah maskapai penerbangan berbiaya murah yang ada di Indonesia. Adam Air didirikan oleh Sandra Ang dan Agung Laksono, yang juga menjabat sebagai Ketua DPR. Mulai beroperasi pada 19 Desember 2003 dengan penerbangan perdana ke Balikpapan. Pada awal beroperasi Adam Air menggunakan dua Boeing 737 sewaan. Pada April 2007, PT. Bhakti Investama melalui anak perusahaannya Global Air Transport membeli 50% saham Adam Air dari keluarga Sandra Ang dan Adam Suherman. Setelah mengalami berbagai masalah yang bahkan sampai menelan korban jiwa, kegiatan operasional Adam Air dihentikan sejak 17 Maret 2008 dan baru akan dilanjutkan jika ada investor baru yang bersedia menalangi 50 persen saham yang ditarik Bhakti Investama tersebut.
Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau Operation Specification Adam Air dicabut Departemen Perhubungan melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya menyatakan bahwa Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008. Sedangkan AOC (Aircraft Operator Certificate)nya juga terancam dicabut apabila dalam 3 bulan mendatang tidak ada perbaikan.

Beberapa kasus yang dialami Adam Air antara lain:
11 Februari 2006, Adam Air Penerbangan 782, Boeing 737-300, PK-KKE BH-782, Jakarta-Makassar, kehilangan arah dan mendarat di Bandara Tambolaka, NTT. Pesawat membawa 146 penumpang dan 6 awak pesawat. Syukurlah tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.

1 Januari 2007, Adam Air Penerbangan 574, PK-KKW DHI-574, Boeing 737-400 Jakarta-Manado via Surabaya yang membawa 96 penumpang dan 6 awak pesawat, hilang di perairan Majene, Sulawesi Barat. Ketika itu pesawat hancur berkeping-keping setelah hilang kendali dan menghunjam laut. Sementara itu, hanya sebagian kecil bagian pesawat yang dapat ditemukan. Sebanyak 102 penumpang dan awak pesawat tidak ditemukan. Penyebab kecelakaan seperti yang diumumkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.

7 Januari 2007, 16 pilot Adam Air mengundurkan diri karena mereka menilai buruknya standar keamanan dan sistem navigasi di pesawat-pesawat yang dinilai berkualitas jelek. Karena tetap diminta terbang, 16 pilot Adam Air memilih mengundurkan diri Adam Air kemudian menuntut balik semua pilot ini karena kontrak kerja mereka belum habis.

21 Februari 2007, Adam Air Penerbangan KI 172, PK-KKV, Boeing 737-33A Jakarta-Surabaya tergelincir di Bandara Juanda, Surabaya. Badan pesawat melengkung namun semua penumpang selamat. Atas peristiwa ini, Departemen Perhubungan Republik Indonesia memerintahkan untuk menghentikan untuk sementara pengoperasian tujuh pesawat Boeing 737-300 milik Adam Air.

6 Maret 2007, pesawat Adam Air gagal lepas landas dari Bandara Juanda karena roda depan rusak.

9 Juni 2007, pesawat Adam Air jurusan Surabaya-Jakarta kembali ke landasan setelah mengudara selama 20 menit karena mengalami gangguan tekanan udara kabin.

24 November 2007, pesawat Adam Air jurusan Jakarta-Medan mengalami pecah ban.

10 Maret 2008, pesawat Adam Air KI-292 Boeing 737-400 jurusan Jakarta-Batam tergelincir di landasan Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Roda pendaratan pesawat patah setelah menghantam keras landasan bandara, sehingga menyebabkan pesawat keluar dari landasan sejauh 75 meter, dan mengalami kerusakan pada salah satu bagian sayapnya. Sebanyak 171 orang penumpang dan 6 awak pesawat selamat. Penyebab kecelakaan diduga akibat cuaca buruk.

Dalam kondisi keuangan yang cukup kacau, PT Bhakti Investama Tbk selaku pemilik 50% saham AdamAir secara tidak langsung tak mau menyuntik modal, bahkan memilih hengkang sebagai pemegang saham. Sekedar informasi, pemegang saham Adam Air antara lain keluarga Suherman yang menguasai saham sebesar 50%, PT Bhakti Investama Tbk yang merupakan perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo menguasai saham Adam Air melalui anak perusahaannya yakni Global Transport Service (GTS) yang menguasai saham Adam Air secara langsung sebesar 19% dan melalui konsorsium PT Bright Star Perkasa sebesat 31%.

Terhitung sejak Senin 17 Maret 2008, kegiatan operasional Adam Air berhenti. Kegiatan maskapai penerbangan ini akan dilanjutkan kembali sampai ada investor yang mau menalangi 50 persen saham, yang ditarik PT Global Transport Service dan PT Bright Star Perkasa dari Adam Air. Dan bagi para calon penumpang yang sudah membeli tiket, pada waktu itu mereka mendapat ganti rugi, baik dalam bentuk pengembalian tiket yang ditukarkan dengan uang ataupun penukaran penerbangan menggunakan maskapai lain.


Karena kasus di atas, Adam Air sering dijadikan jokes oleh orang-orang. Sok memberi harga murah tapi kualitas rendah, naik Adam Air tar cepet mati, dll. Pada akhirnya orang enggan naik Adam Air kecuali dalam keadaan terpaksa. Misalnya bila buru-buru ke suatu tempat dan hanya ada Adam Air. Itupun baru pendapat dari orang-orang di sekitar saya. Dan dari semua kasus di atas, kita sudah mengetahui dengan jelas bahwa terjadi kegagalan yang cukup fatal dalam manajemen Adam Air. Kegagalan itu meliputi berbagai hal, antara lain:

- Kegagalan dalam menangani pegawai mereka sendiri. Para pilot merasa bekerja di bawah tekanan maupun paksaan, akhirnya mereka sepakat mengundurkan diri beramai-ramai. Seharusnya kejadian itu tidak terjadi bila ada kesesuaian antara hak dn kewajiban pilot. Bila mereka merasa nyaman dan aman bekerja di Adam Air tentu mereka tidak akan mengundurkan diri. Selain itu para pilot Adam Air entah kurang memiliki pengalaman terbanag atau memang mesin dan pesawatnya yang jelek, sehingga sering mengalami kecelakaan. Sebenarnya seorang pilot yang bagus adalah pilot yang tidak hanya memiliki jam terbang yang banyak, tetapi juga insting dan kemampuan dalam mengoperasikan pesawat itu sendiri.

- Dari segi keuangan pun Adam Air yang ketika itu ditinggal pergi oleh pemegang sahamnya yang menguasai 50% persen saham, kesulitan memberikan ganti rugi kepada para penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket. Padahal sebagai pemegang saham mereka harus bertanggung jawab terhadap pelanggan, jangan sampai konflik yang terjadi di kalangan pemegang saham atau manajemen merugikan pelanggan.

- Dari segi bahan pesawat yang digunakan oleh Adam Air, terbukti berkualitas rendah. Bahkan sebuah pesawat yang seharusnya kokoh dan kuat, bisa sampai melengkung seperti kejadian di tanggal 21 Februari 2007 ketika Adam Air Penerbangan KI 172, PK-KKV, Boeing 737-33A Jakarta-Surabaya tergelincir di Bandara Juanda, Surabaya.

- Mesin yang dimiliki oleh armada Adam Air pun tidak memenuhi standar keselamatan penumpang. Sistem penerbangan memerlukan armada yang laik terbang, termasuk didalamnya sistem navigasi yang harus di periksa secara rutin.Berdasarkan apa yang saya baca, para pilot Adam Air sering terbang buta tanpa navigasi. Terkadang para pilot harus bertanya kepada air traffic controller (ATC) atau pemandu lalu-lintas udara menyangkut posisi pesawat. Padahal, sistem navigasi di kokpit pesawat cukup memberi informasi kalau alat itu bekerja baik.

- Untuk pangsa pasar yang dituju jelas kaum menengah ke bawah. Harga tiket Adam Air memang terbilang murah, jauh di bawah harga tiket pesawat sekelas Garuda. Hal itu memang bisa saja terjadi. Direktur Komersial Adam Air, Gugi Pringwa Saputra mengakui bahwa maskapainya menerapkan efisiensi konsumsi bahan bakar karena mengunyah 60 persen dari total pendapatan. Jadi intinya mereka memperpendek jarak tempuh. Misalnya rute antarkota berbelok-belok, Adam Air meminta pihak pemandu lalu-lintas penerbangan agar bisa menempuh rute yang lebih lurus. Hasilnya, mereka bisa menghemat belanja sampai sepuluh persen. Akibatnya pilot jadi takut untuk melakukan manuver bila terjadi sesuatu pada pesawat.

Agaknya masih banyak lagi yang bisa dibahas disini, namun yang perlu kita sadari pula bahwa keselamatan sesorang, hidup dan mati kita berada di tangan Tuhan. Walau kita naik maskapai penerbangan yang dianggap paling aman sekalipun bila Tuhan berkehendak lain nyawa pun bisa melayang. Yang penting jangan lupa berdoa, kemanapun, kapanpun dan dimanapun memohon keselamatan diri.

Tidak ada komentar: